Langsung ke konten utama

Wujud Kekecewaan Kosmik

Daya fikir dalam mengelola dan mengolah sisi hidup manusia yang akhir-akhir aku abaikan, jujur ini mulai mengganggu. Hubungan antar insan mulai memudar dikarenakan persoalan perut juga birahi yang dibungkus 'kewajiban' melanjutkan eksistensi dengan sebuah keturunan.

Saat manusia tersibukkan oleh apa yang menyilaukan matanya, saat itu pula ia telah terhalang dari banyak hal (mungkin).  

Teman-temanku, adalah hal yang paling aku sayangkan, juga ku sayang---amat dalam.

Beberapa dari mereka melintas jalan begitu jauh, bahkan membelot dari orbit. Disini harusnya lingkaran pertemanan kita adalah pusat tata surya itu sendiri. Kalian harus mengertinya, juga aku. Tapi aku, sungguh bak pluto yang tak tahu ia sendiri planet atau bukan. Saling tak sadar diri atau memang harusnya seperti ini.

Juga untuk kalian yang mengakhiri rotasi abadi ini. Tunggu aku melunasi tanggung jawab kita untuk bersaudara lagi. Aku benci mengatakannya, tapi Bahasa kita tak memiliki kosakata lebih baik dari sekedar "sahabat". Cukup bersaudara baik, lagi, tak apa kita akan saling menghindari trauma lama.

Manusia dilukir dengan harta? sekepal daging dalam kepala, tak ada guna, kenapa lagi si gila kehidupan?

Sepi semakin sepi, kawan kini hanya jadi kabar yang perawan. 

Tersisa beberapa kawan dan rekan. Bukan itu semestinya yang dikabulkan. 

Dan jika Matahari sebagai titik pusat sistem koordinat, bukanya kita seharusnya tetap berada di tempat dan kebiasaan yang sama?

Tapi tidak, kehidupan terus berkembang, bahkan seekor ulat lucu pun nantinya akan terbang untuk menciptakan ulat---lagi. 

Masalah daya fikir ini akan teratasi jika aku mau bercinta lagi. Tapi jujur, belum. Sampai semua tahu memperjuangkan seseorang begitu penuh tantangan dan menyenangkan. Nanti aku ceritakan mengapa aku enggan memilih pasangan.

Tuhan, berkati teman-teman dan fikiranku yang berlebihan.

Selamat Berjuang


Berlanjut...


Aldike




Komentar

  1. Sedangkan untuk mengebalikan rotasi cukup hanya dengan engkau tetap menjadi titik pusat matahari, jangan berubah. Satu persatu akan kembali. Aldike kerennn

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umpatan Yang Tak Kesal

Aku mengeluh lagi, ya Memutuskan memulai lagi itu membuatku pusing dan bingung Kufikir sama Seperti tertinggal meta Batinku terlanjur berantakan Laraku bersemayam sangat dalam 7 tahun suram, tak membuka hati sedikitpun yang kukira baik baik saja, ternyata itu tidak membuatku belajar apapun.

Mungkin Aku Berlebihan

Semacam uji nyali Aku membukanya lebar sore itu Sontak kalang kabut Hati-hati dengan hati Sudah satu rembulan agung berlalu Aku masih kepanasan Tergelincir lantai teras rumah Mata silinderku lirik tali lurus yang tidak berujung padamu

Muram

Rembulan tampak menyinari malam,  wajahmu tampak cukup muram Berlama-lama dalam kabut pelik penuh raut terpaut dalam pedih, geraman berdesis sejenak dan memejam Matamu terlalu berbohong pada permintaan dilemparnya mendung keawan yang bukannya satu kesatuan? sama tidak juga selalu jauh dari perih biru diberi putih masih saja bersedih Tidak aku tidak butuh meminta ini hanya gejala saja bukan kau tapi aku nanti kau juga tahu aldike