Langsung ke konten utama

Sebuah Pelajaran Tentang Prasangka

Teralu sering kita menyalah-gunakan istilah keluarga atas nama pertemanan. 
Sedikit kurangnya kamu tahu sahabat lebih memiliki arti spesialnya sediri. Bagiku.
Bila keluarga adalah sesuatu yang sejak kita terlahir sudah menjadi takdir 
mau tidak mau akan tumbuh bersama mereka. Berbeda jika sahabat,
sebelum ke tahap tersebut perlu melewati beberapa proses entah berawal dari lawan 
atau sekedar kenal kemudian memiliki kedekatan spesial.

Tidak banyak orang perlu atau ingin tau tentang sebuah proses, apapun itu. 
Tidak perlu dipaksakan. biarkan. Tidak juga terlalu perlu untuk ikut campur.
Iklaskan mereka melukis cerita mereka sendiri.

Ketika kamu merasa begitu sedirian, fikirkan sejenak, itu karena memang mereka yang meninggalkanmu atau memang kamu yang terlalu bebal terhadap jalan hidup mereka.
Jikapun mereka meninggalkanmu, karena apa? tidak menutup kemungkinan memang karenamu. 
Permintaan maaf saja mungkin tidak akan menyelesaikan masalah. Beruntung bila ada maaf yang diamini lalu semua kembali pada semula. 
Bagaimana jika tidak? mungkin takdirmu berat, berdamailah dengan dirimu sendiri, mungkin dirimu ingin lebih kau perhatikan dengan sebuah ‘evaluasi diri’.

Atas nama segalanya, maaf sebesar-besarnya padamu sahabatku. Mungkin begitu merepotkannya seonggok tanah liat yang angkuh ini. Kocaknya diriku yang mungkin tau apasaja salah yang aku perbuat, hanya takut keliru bila bukan itu yang kamu permasalahkan. Kemudian iklaskan aku memohon diri pada semua kesalahan yang kusengaja atau tidak. Bila beratnya mengampuni, bukan masalah bila berat hakmu pada ikatan kita.

Terakhir, mungkin banyak hutang dari materi atau sokongan energi positif. Terimakasih sebesar-besarnya. Sejatinya aku sudah meneduhkan pikiran dan hati dari segala prasangka. 

Saya undur diri dari segala keriuhan tidak baik ini. Biarkan saya memikul tanggung jawab sebagai seorang ‘biang kerok’
Bukan aku tidak bertanggung jawab atas ulahku. Semua akan terbayar, tidak perlu lagi kamu ikuti prosesku, biarkan hasilku kiranya yang menghampirimu.

Bila difikir aku terlalu sentimen, coba pertimbangkan itu aku atau dirimu yang sentimen padaku lalu kamu fikir aku begitu padahal itu prasangkamu.


aldike

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umpatan Yang Tak Kesal

Aku mengeluh lagi, ya Memutuskan memulai lagi itu membuatku pusing dan bingung Kufikir sama Seperti tertinggal meta Batinku terlanjur berantakan Laraku bersemayam sangat dalam 7 tahun suram, tak membuka hati sedikitpun yang kukira baik baik saja, ternyata itu tidak membuatku belajar apapun.

Mungkin Aku Berlebihan

Semacam uji nyali Aku membukanya lebar sore itu Sontak kalang kabut Hati-hati dengan hati Sudah satu rembulan agung berlalu Aku masih kepanasan Tergelincir lantai teras rumah Mata silinderku lirik tali lurus yang tidak berujung padamu

Muram

Rembulan tampak menyinari malam,  wajahmu tampak cukup muram Berlama-lama dalam kabut pelik penuh raut terpaut dalam pedih, geraman berdesis sejenak dan memejam Matamu terlalu berbohong pada permintaan dilemparnya mendung keawan yang bukannya satu kesatuan? sama tidak juga selalu jauh dari perih biru diberi putih masih saja bersedih Tidak aku tidak butuh meminta ini hanya gejala saja bukan kau tapi aku nanti kau juga tahu aldike