Langsung ke konten utama

Sebuah Upaya Penanaman "Karma Baik" Dari Posisi Terpuruk

Seberapa kenal kamu dengan dirimu? sudah adil pada dirimu sendiri?
Tapi tahukah kamu tentang adil? belum, kamu hanya merasa kalah lalu mengatas-
namakan keadilan sebagai korban. Sesulit ini memang mengkaui kekalahan.
Otak batu bukan.
Tidak adil kah, ketika kamu tahu bagaimana buat orang bersedih
kamu beri dia banjir air mata habis-habisan
keren? haha

Bukan itu.


Berbicara tentang diri sendiri, bukankah kamu lebih mengenalnya ketimbang sahabatmu.
Lalu itu semua kembali ke sebuah keseharusan, dimana kita memang seharusnya
mengenal diri kita terlebih dahulu, sedalam apa dan sejauh mana itu tergantung perhitunganmu.

Jatuh itu menyakitkan, apalagi jatuh dari posisi terbang.
Kemudian kita sibuk menyalahkan orang lain atau kesalahan-kesalahan elementer lain yang sebenarnya-
semuanya tetap karena kita sendiri.
Lidah memang tajam, berbahaya untuk orang lain. Tapi pikiran lebih berbahaya, sebuah kotoran besar akan masuk telak ke otak jika tidak tersaring dengan benar.
Saringan itu bisa kita sepakati adalah masa bodoh.
Bukan berarti kita bodoh ketika menggunakan kata bodoh, menjadi pintar-pun perlu bodoh, entah kebodohan orang atau kita pernah bodoh.
Bayangkan tanpa masa bodoh, semuanya masuk ke kepalamu, kemudian penuh, lalu meledak. Mencari kesalahan lain lagi akhirnya sebagai korban palsu atas egomu. Kamu mempecundangi dirimu sendiri.

"yang kamu anggap benar, bisa salah.
yang kamu anggap salah, bisa jadi yang benar"

Apa kamu tahu, belajar terbaik itu belajar melakukan kesalahan,
bukan belajar melakukan kebenaran.
Takut dianggap salah itu penyakit. Lakukan saja, masa bodoh.
Tak perlu kamu cerita berdarah-darahnya kamu seperti apa, orang gaperlu tahu dan tak ingin tahu.
beri mereka hasil, dan berkawanlah.
Tanam karma baikmu, jangan kamu sukses dengan bekal dendam.

Seseorang pernah berbicara padaku,
"biasanya lulus kuliah itu 4 tahun, kamu ini kelewat dari yang semestinya, bodoh"
atau,
"ngapain harus susah-susah di industri seni? pegawai saja pasti sejahtera,
mikir efisiensinya jangan sok mimpi"

Ada beberapa cara aku menangkap pernyataan diatas bila harus diuraikan.
Pertama mungkin aku akan sangat down dan depressed.
Kedua bisa saja aku jadi bersemangat karena seperti motivasiku ketika tertinggal kereta.

Bukan dua-duanya,

Kenapa aku harus seperti biasanya? siapa yang mau jadi biasa saja,
pergi jauh-jauh dari kata biasa, jadikan dirimu luar biasa.
Hidup cuma sekali, buatlah timeline megah milikmu sendiri.

"Sorry, i can't be the next someone, but i will be my first i am"

Terakhir,
menurutku Tuhan memiliki hubungan langsung yang pribadi dengan masing-masing ciptaanya,
kedekatan kita dengan Tuhan sebenarnya sama, yang membedakan adalah caranya.
Kerjakan apa yang kamu ingin kerjakan. Ambil mimpi-mimpi yang kamu letakkan di atap ranjangmu. Selesaikan Big-Plan mu, jatuh itu kewajaran yang seru.
Dianggap beda, dianggap gagal atau dianggap tidak berpotensi itu jauh bebas dari tekanan.

Sesuatu yang besar butuh pengorbanan,
lakukan, karma baik sudah kamu tanam, semoga direstui Tuhan.



Love u guys
Aldike




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umpatan Yang Tak Kesal

Aku mengeluh lagi, ya Memutuskan memulai lagi itu membuatku pusing dan bingung Kufikir sama Seperti tertinggal meta Batinku terlanjur berantakan Laraku bersemayam sangat dalam 7 tahun suram, tak membuka hati sedikitpun yang kukira baik baik saja, ternyata itu tidak membuatku belajar apapun.

Mungkin Aku Berlebihan

Semacam uji nyali Aku membukanya lebar sore itu Sontak kalang kabut Hati-hati dengan hati Sudah satu rembulan agung berlalu Aku masih kepanasan Tergelincir lantai teras rumah Mata silinderku lirik tali lurus yang tidak berujung padamu

Muram

Rembulan tampak menyinari malam,  wajahmu tampak cukup muram Berlama-lama dalam kabut pelik penuh raut terpaut dalam pedih, geraman berdesis sejenak dan memejam Matamu terlalu berbohong pada permintaan dilemparnya mendung keawan yang bukannya satu kesatuan? sama tidak juga selalu jauh dari perih biru diberi putih masih saja bersedih Tidak aku tidak butuh meminta ini hanya gejala saja bukan kau tapi aku nanti kau juga tahu aldike