Sialan, sembrono menembus pertahanan terkuatku.
Berani-beraninya. Dasar.
Mondar-mandir dengan riangnya.
Sialan lagi. Aku penasaran.
Kulari keatas, kau sudah diatas.
Kau bermain lompat tali di pikiranku.
Memang gila. “Marah aku haha—“
Sialan sungguh kepalang. Aku sangat penasaran.
Kau tahu dek, aku cukup bisa dibilang tua kalau soal angka.
Lalu kau cukup mudah menggiring bola mataku kemanasaja.
Bodoh. Tapi sebentar. Permainanmu asik juga.
Penasaranku disempurnakan, kau misterius.
Suka? Aku paling menolak teori suka pandangan pertama.
Tapi dengan segala hormat. Aku beralasan,
aku munafik sekali ini saja.
Lalu malaikat bersayap jingga itu mengedipkan
mata kanannya padaku. “Baiklah aku kesana”.
Dasar sudah kubilang, “kau misterius sekali”.
Pada rekan kutitipkan pula jika ku dapatkan
raut beku yang membungkus mata sayu itu—
aku berhenti di petak ini.
dan benar benar berhenti.
Kemudian cerita dimulai dari sini.
Berkelanjutan,
Aldike
Berani-beraninya. Dasar.
Mondar-mandir dengan riangnya.
Sialan lagi. Aku penasaran.
Kulari keatas, kau sudah diatas.
Kau bermain lompat tali di pikiranku.
Memang gila. “Marah aku haha—“
Sialan sungguh kepalang. Aku sangat penasaran.
Kau tahu dek, aku cukup bisa dibilang tua kalau soal angka.
Lalu kau cukup mudah menggiring bola mataku kemanasaja.
Bodoh. Tapi sebentar. Permainanmu asik juga.
Penasaranku disempurnakan, kau misterius.
Suka? Aku paling menolak teori suka pandangan pertama.
Tapi dengan segala hormat. Aku beralasan,
aku munafik sekali ini saja.
Lalu malaikat bersayap jingga itu mengedipkan
mata kanannya padaku. “Baiklah aku kesana”.
Dasar sudah kubilang, “kau misterius sekali”.
Pada rekan kutitipkan pula jika ku dapatkan
raut beku yang membungkus mata sayu itu—
aku berhenti di petak ini.
dan benar benar berhenti.
Kemudian cerita dimulai dari sini.
Berkelanjutan,
Aldike
Komentar
Posting Komentar